Just give your best and straight answer, without second thought.
The reason why I'm asking this crazy question is this.
Dalam sebuah perbincangan rohani denganku, a very dear friend of mine in the ministry pernah memberikan pertanyaan ini padaku. Awalnya, I take this question as a funny joke. Tetapi, pertanyaan ini ternyata memiliki jawaban yang sungguh sangat rohani dan mendalam, meskipun ketika pertama kali mendengar jawabannya pun saya merasa adalah di luar kepantasan menjelaskan suatu perkara rohani dengan pertanyaan semacam itu. Pertanyaan tadi dapat diubah secara rohani menjadi, "pilih mana, setan atau TUHAN?"
Inilah realita kehidupan beriman kita. Hidup dalam genggaman kuasa setan bagaikan TAHI rasa COKELAT. Kenikmatan cokelat digunakan setan untuk menyembunyikan sesuatu yang pada dasarnya adalah tahi. Si jahat dapat menjanjikan segala yang indah seperti kekayaan, kemuliaan, kekuasaan, hidup yang nyaman, kepuasan hawa nafsu, cinta diri yang palsu, kesenangan, popularitas, dan berbagai bentuk kenikmatan duniawi lainnya, asalkan manusia sujud menyembah dia lewat berhala-berhala yang ditawarkan tadi. Namun, sadar atau tidak, ada sesuatu yang busuk dan jahat di balik semuanya itu. Itulah DOSA. Setan tahu bahwa manusia tidak mungkin akan memilih dosa jika dosa itu ditawarkan dalam sesuatu yang sudah terlihat jelas busuknya atau jeleknya. Karena itu, si iblis yang berselubung malaikat terang, dengan kepandaiannya punya sejuta cara untuk membungkus segala tawarannya yang jahat menjadi sesuatu yang kelihatan indah dan menggiurkan. Tujuannya adalah supaya manusia menjadi lupa akan martabatnya yang luhur sebagai "citra Allah" (Imago Dei), agar manusia tidak lagi merindukan surga, berhenti menapaki jalan pemurnian menuju kesempurnaan. Pada akhirnya, manusia mengalami kejatuhan dan kebinasaan, dicampakkan ke dalam kegelapan dimana hanya ada ratap dan kertak gigi.
Padahal, tawaran TUHAN seharusnya menjadi pilihan kita semua. Tawaran yang sekilas mata dan lidah kedagingan kita terasa sulit untuk ditelan yakni, COKELAT rasa TAHI. Ngapain kita harus makan sesuatu yang rasanya seperti tahi? Itulah yang dibisikkan si jahat. Ngapain kita hidup jujur kalau tidak pernah kaya? Untuk apa jadi orang baik kalau harus ditindas, dihina, diperlakukan tidak adil, sementara mereka yang jahat justru bersenang-senang atas penderitaan kita? Ngapain hidup bersama Tuhan kalau hanya dipenuhi luka, kekecewaan dan beban salib yang berat? Ngapain hidup dalam komunitas umat beriman kalau harus mengalami luka-luka batin dari sesama saudara dan saudari seiman? Kenapa saya harus melayani sedangkan saya tidak pernah merasa dilayani? Untuk apa memberi diri untuk Tuhan manakala saya tidak pernah beroleh upah apa-apa secara materi? Benarlah kata-kata Injil, banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih, sulit dan sempitlah jalan menuju ke surga, tetapi luas dan lebarlah jalan menuju kebinasaan.
Akhir-akhir ini, si jahat pun mulai menyesatkan sebagian dari pengikut Kristus dengan janji-janji yang menyesatkan, bahwa hidup bersama Tuhan akan selalu sehat, makmur, kaya, tanpa penderitaan. Bahwa orang yang diberkati dan diurapi Tuhan adalah orang-orang yang memiliki kemapanan hidup secara finansial, bebas dari kemiskinan. Ada bahaya dan kesesatan besar yang dapat mengaburkan pandangan kita dan lupa bahwa panggilan Kristiani yang sejati adalah panggilan untuk merasakan dan mencintai misteri Salib. Bukankah Tuhan dan Penyelamat kita terlahir dalam kemiskinan di kandang yang hina? Bukankah sepanjang hidupnya tak terbilang banyaknya penderitaan dan perlakuan keji yang Dia alami? Bukankah Dia mati di salib dalam rupa yang sungguh tidak seperti manusia lagi dan dalam ketelanjangan layaknya penjahat? Bukankah kubur untuk membaringkan jenasah-Nya pun tak punya, sampai-sampai harus menggunakan kubur pinjaman milik Yusuf dari Arimatea?
Jadi, waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang mengajarkan kekristenan tanpa salib, bahwa hidup bersama Tuhan akan selalu senang-senang saja, makmur sejahtera, anak-cucu diberkati yang diartikan secara finansial dan materi belaka, yang hanya menawarkan penyembuhan dan urapan palsu, yang memutarbalikkan isi firman Allah secara keliru seperti yang dilakukan iblis ketika menggunakan firman Allah untuk mencobai Tuhan Yesus di padang gurun.
Kekristenan tanpa salib adalah kepalsuan. Untuk mengikuti Kristus yang tersalib, kita pun diminta untuk setia memanggul salib kehidupan kita dengan sukacita. Ketika kita mampu bersyukur dalam segala penderitaan maupun pencobaan dan tetap bersukacita, pada saat itulah terlihat kemurnian iman kita yang pada akhirnya akan beroleh ganjaran sukacita surgawi, kehidupan kekal dalam kebahagiaan sejati bersama ALLAH TRITUNGGAL YANG MAHAKUDUS. Jalan Tuhan mungkin bagi kita tidak mengenakkan, penuh dukacita, airmata dan luka-luka, dipenuhi beban salib yang berat, tetapi berbeda dengan jalan si jahat yang berujung pada kebinasaan, jalan salib ini pada akhirnya akan menghantar kita kepada tujuan akhir, yakni tanah air surgawi. Yakinlah, suatu saat nanti akan terbukti bahwa jalan Tuhan adalah pilihan terbaik kita. Bijaklah dalam memilih antara TAHI rasa COKELAT atau COKELAT rasa TAHI.
"Mengapa membungkukkan badan hanya sekadar untuk minum dari kubangan hiburan duniawi jika sesungguhnya engkau dapat memuaskan rasa hausmu dengan air yang memancar ke dalam kehidupan kekal."
St. Josemaria Escriva, JALAN, 148
My sincere prayer & fraternity love,
VEROL FERNANDO TAOLE