Jumat, 05 Juli 2013

Hukum Yang Terutama


MARKUS 12: 28 34

Saudara-saudari yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Dalam bacaan ini dikatakan bahwa di salah satu kesempatan tanya jawab dengan Tuhan Yesus, seorang ahli Taurat bertanya, “Hukum manakah yang paling utama?”
Yesus menjawab dalam dua bagian. Pertama, “Tuhan Allah kita hanya satu. Kasihilah Tuhan , Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Kedua, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.”
Dan memang benarlah demikian. Inilah kedua hukum yang merangkum seluruh isi Kitab Suci dan menjadi dasar hidup kita sebagai pengikut Kristus. Saya yakin, kita semua sudah pernah mendengar bahkan menghapal hukum cintakasih ini. Secara turun-temurun, entah dalam keluarga, dalam hidup menggereja, dalam institusi pendidikan katolik, dan dalam berbagai keseharian kita sebagai umat beriman, hukum cintakasih ini selalu dan selalu dikhotbahkan, dikenalkan, diajarkan dan diwariskan sebagai dasar dari seluruh panggilan kita sebagai pengikut Kristus.
Jika demikian, kenapa sekarang kita masih terus-menerus diingatkan akan hukum ini? Kenapa bacaan Injil ini harus kita angkat untuk direnungkan bersama?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lainnya bagi kita sekalian. Masih adakah orang yang hidup miskin tanpa sesuap nasi untuk dimakan? Masih adakah orang-orang sakit & gelandangan yang dibiarkan mati di pinggir jalan karena tidak bisa memperoleh hidup yang layak? Apakah dunia ini masih saling berperang dan membunuh dengan mengatasnamakan agama, suku, ras, maupun kelompok? Ini hanyalah beberapa dari sekian banyak pertanyaan yang membuat kita boleh merenungkan dan tertunduk malu di hadapan Allah dalam kesadaran bahwa segala kemalangan tersebut merupakan bukti nyata betapa sampai saat ini kita masih gagal dalam menjalankan hukum cintakasih yang diajarkan oleh Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus.
Saudara-saudari terkasih,
Allah adalah Kasih & kita diciptakan karena kasih Allah. Kita dipanggil untuk menyadari keluhuran martabat kita sebagai manusia yang tercipta karena kasih. Kesempurnaan kita sebagai manusia justru terletak pada seberapa besar kemampuan kita dalam mengasihi. Oleh karena itu, berulang kali Gereja mengajak kita untuk terus menerus berusaha menghidupi hukum cintakasih ini sebagai yang terutama dalam hidup kita.
Apa yang dimaksud dengan mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan?
Artinya, kita menyadari betapa kita berharga dan dikasihi Allah, bahwa seluruh hidup kita berasal dari-Nya, sehingga karenanya kita mengarahkan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita untuk mengasihi Allah atas karya-Nya yang begitu indah dalam hidup kita. Seberapa besar kasih kita kepada Allah sangat tergantung dari seberapa besar kerinduan kita untuk memiliki relasi pribadi yang mendalam dengan Dia. Tidak ada ukuran yang dapat dipakai dalam mencintai Allah. Sebab, sebagaimana dikatakan oleh St. Fransiskus dari Sales, “Ukuran mencintai Allah adalah mencintai tanpa ukuran.” Bilamana kita sungguh mengasihi Allah dan memiliki relasi pribadi yang mesra dengan-Nya dalam doa, dengan sendirinya kita akan dimampukan untuk melaksanakan hukum yang kedua, yakni “mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.” Kita akan memberi dengan murah hati sebagaimana Tuhan memberi, mengampuni sebagaimana Tuhan mengampuni, dan mengasihi sebagaimana Tuhan mengasihi. Jalan hidup seorang Kristen adalah jalan cintakasih. Tidak ada jalan lain untuk menuju kemuliaan surga selain jalan ini. Santo Yohanes dari Salib dengan tegas menyatakan hal ini dengan berkata, “Pada senja hidup kita, kita akan diadili menurut ukuran cintakasih.”
Kiranya tahun iman yang kita rayakan saat ini membaharui iman dan panggilan kita, bahwa kita dipanggil untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.  
Semoga demikian.

My sincere prayer & fraternity love,
VEROL FERNANDO TAOLE

1 komentar:

  1. Shalom untuk bapak, ibu, saudara/i semua. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.

    Tanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada

    Huruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "

    Cara membacanya, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "

    Dilanjutkan dengan mengucap berkat

    Huruf Ibrani, " ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד "

    Cara membacanya, " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed "

    ( Diberkatilah Nama mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )

    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪

    BalasHapus