Jumat, 05 Juli 2013

Ketika gembala kehilangan domba

 "Tiada artinya bagiku hati yang mendua, bila kuberikan hatiku akan kuserahkan seluruhnya." ~ St. JosemarĂ­a Escrivá, JALAN, 145
Ketika dipercayakan Tuhan untuk menjadi Bapa Rohani yang diserahkan tanggung jawab untuk memelihara jiwa, kehilangan seseorang yang dipercayakan Tuhan kepadamu dapat menjadi suatu salib yang sungguh mendukakan. Kita teringat bagaimana pertama kali kita mengenalkan Tuhan sebagai pribadi yang sungguh dekat kepada mereka yang dipercayakan Tuhan pada kita. Bagaimana kita melihat mereka tumbuh dalam komunitas, sedapat mungkin hadir dalam segala suka-duka mereka, membawa mereka dalam setiap doa, silih dan kurban, serta bagaimana kita memiliki harapan besar bahwa pada saatnya nanti mereka akan menjadi Pemimpin Rohani bagi banyak orang.
Karena itu, ketika mereka memutuskan untuk menyerah dan memilih mundur disaat beban salib terasa semakin berat, kita seolah tidak percaya. Saat itu terlintas kata-kata Yesus, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu....namun engkau tidak mengenal Aku?
Kita tidak bisa berhenti berpikir bagaimana mungkin orang bisa dengan begitu mudahnya menyerah di jalan kesempurnaan ini. Kita sering mendengar alasan-alasan yang dikemukakan, yang harus diakui untuk sesaat terdengar begitu rohani. Akan tetapi, sekiranya mereka mau merenungkan lebih dalam lagi keputusan itu, akan nyata bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu yang rohani dari keputusan untuk meninggalkan salib dan ketidaksediaan untuk terluka. Semua itu berasal dari iblis & kemerosotan dalam hidup Doa. Si jahat tahu menggunakan tipuan "waktu yang tepat" untuk menipu anak-anak Terang. Di saat kita seharusnya maju dan berbuah, si jahat dengan bisikan halusnya yang jahat, berusaha menghentikan langkah kita, dan pada akhirnya kita membuang-buang waktu dengan duduk termenung dalam kemurungan rohani. Kemunduran semacam itu merupakan pertanda bahwa hati kita semakin gelap & cinta akan Allah semakin berkurang. Salib dan luka akan selalu ada dalam peperangan rohani kita. Penyangkalan terhadap salib dan luka, disadari atau tidak, sebenarnya merupakan penyangkalan terhadap Tuhan & Penyelamat kita Yesus Kristus, Sang Kekasih jiwa kita, yang mencintai sampai terluka, bahkan sampai mati di salib.
Dalam kesedihan, adalah sungguh amat perlu untuk berdoa agar kita terhindar dari kemurungan rohani, sambil berharap, kiranya suatu saat nanti mereka kembali menapaki jalan kesempurnaan yang mereka tinggalkan. Kesempurnaan tanpa salib adalah kepalsuan. Kekudusan tanpa kesediaan untuk mencintai sampai terluka adalah mustahil. 
Pengalaman kehilangan jiwa juga menjadikan kita semakin menyadari kerapuhan dan keterbatasan kita. Tanpa Tuhan, kita sungguh bukan siapa-siapa. Harta rohani ini sungguh tersimpan dalam bejana tanah liat. Benarlah kata-kata Beata Mother Teresa dari Calcutta, "Menyadari diri sendiri membuat kita berlutut dengan rendah hati."

My sincere prayer & fraternity love,
VEROL FERNANDO TAOLE

4 komentar:

  1. Semoga yang menjadi Bapa Rohani, dapat belajar mencintai sperti cara Yesus mencintai domba-dombanya. Amin ^^

    BalasHapus
  2. I always think I'm ready for it, but in fact..I cried a river...entah krna takut atau sombong...so thank u for this..JBU

    BalasHapus
  3. Teringat lagu "Desert Song" dari Hillsong :)

    BalasHapus